Wednesday, April 30, 2008


Hal – Hal yang baik dapat berasal dari yang kecil



Suatu ketika Nabi saw datang ke rumah Aisyah ra dan melihat seorang wanita sedang duduk bersamanya. Ketika beliau bertanya tentang wanita itu, Aisyah menjawab bahwa wanita itu adalah seorang wanita yang melakukan tahajud sepanjang malam tanpa tidur.

Nabi saw bersabda, "Itu tidak baik. Sebaiknya engkau melakukan perbuatan baik yang dapat kau lakukan seumur hidupmu." Lalu beliau berkata, " Demi Allah, Dia tidak akan lelah memberimu pahala atas perbuatan baik yang kau lakukan, tapi engkau yang akan merasa lelah dan menyerah. Jadi lebih baik bagimu apabila melakukan perbuatan baik yang dapat kau lakukan secara terus menerus. Ini akan mempunyai nilai lebih di hadapan Allah. "

Sebuah perbuatan kecil yang baik yang dilakukan terus menerus adalah lebih baik dibandingkan perbuatan besar yang di lakukan terputus - putus.

Anas ra meriwayatkan bahwa Nabi bersabda, " Dari golongan mukminin yang akan merasakan siksa neraka adalah, pertama mereka yang imannya seperti sebutir biji jewawut. Kemudian, yang kedua adalah yang imannya seperti butir biji gandum, lalu yang ketiga, adalah mereka yang imannya seperti sebutir biji kacang." (HR. Al-Bukhari)

Thursday, April 10, 2008

setan pada hari Arafah


Setan Pada Hari Arafah

Rasulullah saw bersabda, “Tidak ada hari yang lebih membuat setan kesal dan marah daripada hari Arafah, karena pada hari itu ia melihat Allah swt menurunkan rahmatNya dan ampunan atas dosa – dosa besar, kecuali yang di lihatnya pada perang Badar.”

“Apa yang di lihatnya pada Perang Badar ? “ Tanya seseorang.

“Ia melihat Jibril yang sedang membariskan para Malaikat untuk bersiap – siap perang.” (HR. ad-Dailani)

Beliau pernah pula bersabda, “Tidak pernah setan lebih hina, terusir,dan marah melebihi keadaannya pada hari Arafah. Hal itu hanya karena ia tahu rahmat Allah turun dan Dia mengampuni dosa – dosa besar.” (HR.Maalik dan Ibnu Abid Dunia)

Seorang sahabat, Abbas bin Mirdas, berkata ,” Pada sore hari Arafah, rasulullah saw mendoakan umat beliau agar mendapatkan ampunan dan rahmat. Banyak doa yang beliau panjatkan dan Allah mengabulkannya. Dia berfirman, “Aku ampuni dosa mereka, kecuali kezaliman yang mereka lakukan kepada sesama mereka. Sedangkan dosa – dosa yang berkaitan dengan hubungan antar mereka denganKu telah Aku ampuni.”

Rasulullah saw berdoa lagi, “Ya Allah Engkau berkuasa member balasan kepada orang yang dizalimi itu dengan yang lebih baik daripada keteraniyayaannya dan memberi ampunan kepada orang – orang yang menzaliminya.”

Namun Allah tidak langsung mengabulkan doa beliau sore itu. Pada pagi hari Muzdalifah, beliau berdoa lagi dengan giat. Akhirnya Allah mengabulkan. FirmanNya, “Aku telah mengampuni mereka.”

Rasulullah saw tersenyum. Melihat beliau tersenyum, ada yang bertanya, “ Mengapa Anda tersenyum, padahal pada saat seperti ini Anda tidak biasanya tersenyum ?”

Rasulullah saw menjawab, “Aku tersenyum melihat musuh Allah, yakni Iblis. Ketika ia tahu bahwa Allah mengabulkan doaku untuk umatku, ia memaki – maki dan menaburkan debu ke kepalanya lalu pergi.”

Dalam suatu kesempatan lain beliau bersabda, “ Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah.”

>> Dari buku :

Saat - Saat Berkesan Bersama Rasulullah, Abdul Aziz Asy - Syinnawi, Gema Insani Press.


Monday, April 7, 2008

ketika Nabi menangis ...

Ketika Utsman bin Mazh’un Meninggal

Utsman bin Mazh’un merupakan salah seorang yang ikut dalam perang badar. Ia merupakan orang Muhajirin pertama yang meninggal di Madinah. Ketika ia meninggal, Rasulullah saw datang. Beliau memeluk jasad yang terbujur kaku itu. Ketika beliau mengangkat wajah para sahabat itu dapat melihat bahwa beliau baru saja menangis. Beliau membungkukan badan lagi, kemudian mengangkat kepala. Para sahabat melihat air mata beliau mengalir. Beliau mencium Utsman kembali untuk ke tiga kalinya. Kemudian beliau mengangkat kepala sambil sesenggukan. Para sahabat mengerti bahwa Rasulullah saw menangis. Namun kemudian Rasulullah bersabda, “Apa - apan ini ! Ini adalah perbuatan setan.”

Beliau memandang sekeliling beliau, ke arah para sahabat, lalu berkata, “ Beristighfarlah kalian.” Kemudian beliau melanjutkan, “ Utsman, semuanya telah lenyap. Engkau pergi dari dunia ini tanpa membawa dunia sedikitpun. “

Ketika Khaulah binti Hakim, istri Utsman, memasuki ruangan, ia berkata, “ Selama, engkau masuk syurga , Suamiku. “

Mendengar perkataan itu, Rasulullah saw memandangnya. Tampak sikap tidak suka pada wajah beliau. “ Bagaimana kamu tahu, dia masuk syurga ?” tanya beliau.

“Rasulullah, ia prajuritmu, sahabatmu dan telah ikut dalam Perang Badar, “ jawab Khaulah.

“Hanya itu ? Meskipun aku seorang Nabi, aku tidak tahu nasibku kelak di akhirat, “ sabda beliau.

Para sahabat terharu melihat Utsman yang telah meninggal itu. Kaum wanita menangis. Umar bin Khathab menghardik mereka agar diam. Rasulullah saw bersabda, “ Perlahan, Umar.” Lanjut beliau, “ Kaum wanita, janganlah kalian lakukan jeritan setan. Air mata yang menetes adalah tanda adanya perasaan kasih. Sedangkan menampar pipi dan merobek pakaian adalah perbuatan setan.” (HR. ath – Thayalisi dari Ibnu Abbas ra).

Selanjutnya beliau bersabda, “ Janganlah kalian menangisi orang yang telah meninggal, karena orang yang meninggal akan terus di azab selama ia di tangisi. “

>> Bahkan seorang Nabi mengingatkan para sahabatnya bahwa beliau tidak mengetahui nasibnya di akhirat kelak. Jadi bagaimana dengan kita ? <<

Tuesday, April 1, 2008

Unta yang Berbicara kepada Rasulullah

Unta yang Berbicara kepada

Rasulullah saw




Suatu saat, ketika Rasulullah saw, sedangkan mengajarkan kasih sayang terhadap hewan kepada para sahabat, seekor unta datang mendekat hingga berhenti di hadapan beliau. Beliau berkata kepada sang unta, “Wahai Unta, tenanglah. Jika kamu berkata jujur, kamu sendiri yang akan memetik buah kejujuranmu, namun jika kamu berdusta, kamu sendiri yang akan menanggung akibatnya. Ketahuilah bahwa Allah swt memberi keamanan kepada orang yang berlindung kepada kami. Orang yang meminta perlindungan kepada kami tidak akan kecewa.”

Seorang sahabat, Tamim ad – Daary, bertanya, “ Apa yang di katakan unta ini, Rasulullah? “

“Unta ini hendak di sembelih oleh pemiliknya. Dagingnya akan disantap. Karena itu, ia lari dan meminta perlindungan kepada Nabi kalian.”

Pada saat yang hampir bersamaan, pemilik unta itu berlarian datang. Begitu unta itu melihat mereka, ia lebih mendekatkan diri kea rah Nabi seakan – akan meminta perlindungan. Orang – orang yang baru datang itu berkata, “Ya Rasulullah, itu unta kami. Sudah tiga hari dia melarikan diri. Kebetulan kami mendapatkan nya disini. “

“Ketahuilah, ia mengadu padaku.”

“ Apa yang di katakannya ?”

“ Ia mengatakan bahwa ia kalian besarkan dengan aman selama beberapa tahun. Pada musim panas kalian membawanya ke padang rumput dan pada musim dingin kalian mengajaknya ke daerah yang hangat. Setelah dewasa, kalian mengawinkannya sehingga kalian mendapatkan unta – unta baru. Dan sekarang, ketika ia sudah tua renta, kalian hendak menyembelihnya dan memakan dagingnya,” jelas Rasulullah.

“Memang demikian, ya Rasulullah, “ balas mereka.

Kemudian Rasulullah saw bersabda, “ini namanya tidak balas budi.”

“ Ya Rasulullah, jika begitu, kami tidak akan menjual dan menyembelihnya.”

“ Bohong. Ia telah meminta perlindungan kepada kalian tapi tidak kalian gubris. Aku lebih patut memberi rahmat daripada kalian karena Allah telah mencabut rahmat dari hati kaum munafikin dan menempatkannya di hati kaum mukminin, “ sabda beliau.

Akhirnya Rasulullah saw pun membeli unta itu seharga seratus dirham. Kemudian beliau bersabda kepada sang unta, “Pergilah. Kamu bebas sekarang.”

Unta itu mengeluarkan suara. Rasulullah saw mengucapkan “Amiin”. Ketika unta itu bersuara lagi beliau mengamininya lagi. Untuk ketiga kalinya unta itu bersuara, beliau mengamininya. Ketika unta itu bersuara ke empat kalinya, beliau menangis. “Tau kah kalian apa yang di katakan unta ini ?” Tanya beliau kepada para sahabat.

“Allah dan Rasul – Nya lebih mengetahui.”

Rasulullah kemudian menjelaskan, “Unta itu mengatakan, ‘Semoga Allah membalas jasamu terhadap Islam, wahai Nabi.’ Aku katakan Amiien. Lalu unta itu berkata, ‘Semoga Allah menentramkan ketakutan umatmu pada hari kiamat, sebagaimana engkau menentramkan hatiku.’ Aku katakan ‘Amiien’. Lalu unta itu berkata lagi, ‘ Semoga Allah melindungi umatmu dari musuh – musuh mereka, sebagaimana engkau melindungi nyawaku. Aku katakan ‘Amiin’. Selanjutnya unta itu berkata, ‘ Semoga umatmu tidak saling membunuh dan berperang.’ Mendengar doa terakhirnya aku menangis. Permohonannya itu sudah pernah ku mintakan kepada Allah dan Dia mengabulkannya, kecuali permohonan yang terakhir. Jibril memberitahuku dari Allah bahwa umatku hancur karena saling berperang sesama mereka. Semuanya sudah tertulis.